Senin, 21 Maret 2011
masih di LATIMOJONG
Pegunungan Latimojong yang mistis itu telah membuktikan keganjilannya padaku. Begitu mengerikannya gunung ini memperlakukan aku, hutan basah yang selalu mengepungku, duri-duri, ranting tajam dan pacet-pacet yang tak henti-hentinya menyerangku seakan-akan sengaja dikirimkan khusus untuk merintangiku menuju gunung tertinggi Sulawesi itu.
Niatku untuk mendaki Pegunungan Latimijong lewat luar jalur normal memang sudah matang. Bersama ketiga orang rekanku, aku mempersiapkan segala sesuatu mengenai pendakian tersebut dengan sangat spesial karena pendakian gunung lewat luar jalur normal alias membuka jalur baru sangat membutuhkan persiapan yang kompleks melebihi pendakian lewat jalur normal, apalagi gunung yang akan didaki adalah Gunung Latimojong, kemisteriusan gunung ini sudah terkenal ke seluruh Indonesia serta alam liar yang terkandung didalamnya belum terjamah banyak orang jadi kami akan benar-benar memperlakukan gunung ini dengan spesial dan hati-hati. Alhasil persiapan kami pun sangat luar biasa panjang dan terkesan berlebihan.
Berbekal dengan persiapan yang serba spesial dan hati-hati kami memulai pendakian dengan mulus tanpa rintangan yang begitu menghambat. Hari-hari kami lalui dengan bembabat dan menebang tanaman yang menghadang jalur yang akan kami buat. Pada hari ke empat rintangan menjadi semakin berat, hujan lebat menggangu konsentrasi kami, dalam keadaan basah dan dingin luar biasa kami masih membabat rintangan di depan dengan buasnya.
Hari-hari kami pun kini bertambah meriah karena ditemani oleh deras hujan yang membuat kami menggigil tak henti-hentinya di malam hari dan pacet yang pesta di sekujur tubuh. Namun itu tak menguras sedikitpun semangat kami, walau jelas-jelas fisik telah banyak terkuras kami masih tetap optimis akan mengakhiri petualangan ini dengan happy ending.
Menjelang hari ke tujuh yang dalam rencana kami sudah harus mencapai puncak, kami merasakan sebuah keganjilan luar biasa, kami telah berada di tempat camp hari ke empat lagi ! kami mencoba berjalan kembali melalui jalur yang telah kami babat hari sebelumnya tapi tetap hasilnya hanya mencapai tempat camp tersebut ! tiga hari lamanya kami berkutut di sekitar camp tersebut, kami merasakan ada kekuatan maha besar yang mengakibatkan kami berputar-putar dengan bodohnya. Keadaan semakin genting karena salah satu anggota kami jatuh sakit.
Akhirnya dengan tenaga, konsumsi dan semangat yang tersisa kami memutuskan untuk turun pulang karena kekuatan tersebut terasa semakin mengganas mempengaruhi mental dan emosi kami.
Kami rasakan kekuatan itu menjelma menjadi seorang anak kecil yang selalu membuntuti kami, meniru gerak-gerik kami dan meneror mental kami habis-habisan. Anak kecil berwajah polos dengan pakaian sangat kumal itu memperdengarkan seokan kakinya yang memekik telinga kami, dengusan dan pekikan kerasnya timbul tenggelam kami tangkap.
Lima hari sudah kami mencari jalan pulang ditemani kekuatan asing yang makin lama makin melemah itu, samar-samar kami mendengar hiruk pikuk keramaian orang-oarnag dan itu pun membuat semangat kami untuk kembali pulang menjadi terbakar, akhirnya kami pun dapat melupakan keganjilan yang mengikuti kami, kami menjadi fokus kembali untuk perjalanan pulang yang semakin dekat ini. Sesampainya di perkampungan kami disambut hangat oleh warga yang ternyata telah mengira kami telah hilang.
Walaupun tidak mencapai puncak tetapi kami cukup bahagia karena dapat pulang dengan selamat, untuk mencapai puncak bukan hanya fisik yang diperlukan tetapi emosi dan mental juga sangat berpengaruh.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
monggo komen